Senin, 26 Mei 2008
Teater AiR Bikin ‘Gerrr’, ‘Orang Mati Hidup Lagi’
Sutradara: Sebenarnya Lewat Lakon Ini Putu Wijaya si Pengarang Kondang Nasional Itu, Ingin Menyidir dan menyentil Kuping Sekelompok Orang yang Selalu Memaksakan Kehendak. Kelompok Itulah yang olehnya Harus di‘Teror Mental’nya Biar Bisa Merasa, Berpikir, dan Sadar untuk Menghargai Orang Lain.
Jika Tuhan sudah berkehendak apapun bisa terjadi termasuk dengan penundaan kematian. Bima, tokoh dalam ‘Gerrr’ yang mengalami peristiwa mati suri dalam hidupnya. Kejadian yang dialami Bima tentu saja membuat para keluarga, rekan dan sahabat menjadi kalang kabut. Sebab, peristiwa itu terjadi disaat suasana berkabung menjelang penguburan Bima. Kematian-pun jadi tertunda, acara penguburan berubah menjadi adegan kejar-kejaran.
Ternyata, bebebrapa dari keluarga: Anak, istri, kakak dan neneknya sendiri tidak menginginkan Bima kembali, dengan alasan tidak boleh melawan takdir. Padahal hal tersebut adalah sebuah kemunafikan yang sebenarnya sudah diketahui Bima. Mereka menginginkan Bima tetap mendekam dalam peti untuk menemui sang khalik. “Tetapi jika Tuhan memberi perlindungan, niscaya tidak akan hancur hidup kita,” salah satu dialog Bima yang dilontarkan kepada Jhon dan Bob, penggali kuburan. Bima tetap hidup, bukan melawan takdir Tuhan, melainkan menjalankan takdir Tuhan untuk mengubur kemunafikan, kebencian, ketidak jujuran, keegoisan yang sebenarnya berada dilingkungan keluarganya sendiri.
Itu hanya sekilas cerita dalam pertunjukan ‘Gerrr’ karya Putu Wijaya, sutradara Didih Hariyadi yang disajikan Teater Art In Revolt (AiR), Jambi (26-27/05) di Teater Arena Taman Budaya Jambi (TBJ). “Cerita lakon Gerr ini memang berisi sindiran-sindiran yang terutama ditujukan kepada sekelompok orang yang suka memaksakan kehendak pada orang lain, termasuk dalam memaksakan kehendak agar orang mati saja dari pada membuat malu keluarga. Putu di naskah ini saya rasa tidak hanya sebatas men’teror mental’ seperti halnya konsep berpikir dan berkesenian yang dilakoninya selama ini,, ada muatan lain yang sangat aktual dengan dituasi peri kehidupan saat ini,” ujar Didi Hariyadi, sang sutradara yang juga wartawan Posmetri Jambi dengan wilyah liputan Kabupaten Tanjabtim ini menjabarkan konsep pergelaran yang disuguhkannya itu.
Menurut Didih yang dibalik rutinitasnya sebagai reporter itu masih bisa menyempatkan diri berkarya teater itu, penawaran-penawaran kreatif dari pelaku dari pelaku seni teater, sikap yang pro-aktif merupakan kunci utama untuk mengeksplorasi secara maksimal ide-ide kreatif tersebut merupakan dasar untuk mementaskan “Gerr”. “Disatu sisi, perkembangan teater yang juga terus mencari bentuk dan wilayah estetik semakin berbenturan dengan globalisasi dan industrialisasi. Konstelasi ini perlu disikapi secara tegas,” tandas Didi Hariyadi yang sudah beberapa kali menyutradarai pertunjukan teater bersama Teater AiR.
Sekitar 90 menit pertunjukan berlangsung. Dialog-dialog segar dan akting-akting para aktor muda Teater AiR mampu menyentil perasaan penonton yang mayoritas pelajar. Beragam suasana bersinergi dalam satu kesatuan pertunjukan Gerr: hening, sedih, mencekam dan geli menyusupi ruang teater arena.(dikutip dari Posmetro Jambi)

Admin OlehGenjer @ 11.50  
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
Tentang Ku


Name: Genjer
Home: Jambi, Indonesia, Indonesia
About Me:
See my complete profile

Jurnal Ku
Gudang Arsip
Daftar Link
Pesan Anda
Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x